Madara dan Sosial Masyarakatnya

Gambar
Orang kota pasti jarang melihat seperti ini! Madara dalam gambar Di daerah penulis memang masih jauh dari kata "maju pesat" karena memang memiliki ibukota daerah yang stagnan dan berada di tengah-tengah bumi borneo. Tetapi walaupun demikian, daerah yang masih dikelilingi hutan ini menyimpan kehidupan sosial yang membumi. Inilah yang membuat daerah penulis menjadi begitu asri, damai, tentram, jauh dari hiruk pikuk kota yang begitu kompleks masalahnya. Madara, sebuah desa di pedalaman merupakan salah satu dari banyak desa yang ada di Kalimantan Tengah khususnya di Kabupaten Barito Selatan. Daerah ini masih asri dan dikelilingi hutan belantara. 14 km dari Jalan provinsi yang menghubungkan kota Buntok dengan ibukota Provinsi Kalimantan tengah yaitu Palangka Raya, tetapi akses untuk masuk ke daerah ini seiring dengan perkembangan lumayan baik. Mobil roda empat dengan tinggi body dari ban mobil +/- 40cm sudah bisa masuk ke daerah ini. So, apa saja yang menurut penulis pasti jarang ...

KALAHIEN. Zaman boleh berganti, tapi adat budaya tetap dilestarikan.

Kalahien adalah salah satu desa yang terletak di pinggiran sungai Barito. Sejak 2009 yang lalu di sisi akses jalan menuju desa Kalahien ini terdapat jembatan yang menghubungkan jalan menuju ibukota provinsi Kalimantan Tengah yang diberi nama Jembatan Kalahien.


Jembatan Kalahien

Sejak jembatan kalahien berdiri, akses jalan dalam desa yang bentuknya memanjang mengikuti alur sungai barito ini pada awalnya hanya tanah / jalan setapak, tetapi karena sudah terbukanya ketersiolasian, jalan dalam desa sudah menggunakan cor beton walaupun pada pertengahan tahun 2013 yang lalu sebagian jalannya kembali rusak setelah terendam banjir setinggi lutut anak-anak.
Jalan Cor beton

Banjir di desa kalahien

Banjir, sekolah tetap jalan
Fakta menarik yang patut menjadi contoh bagi masyarakat lain adalah walaupun saat ini desa kalahien sudah lebih maju, akan tetapi masyarakat dayak yang berdiam didalamnya masih erat menjaga kelestarian budaya adat istiadatnya. Budaya turun temurun yang tidak pernah ditinggalkan tersebut adalah ritual adat yang diberi nama Makan Tane Ranu.

Ritual adat Makan Tane Ranu merupakan bentuk tradisi suku dayak dalam menghormati nenek moyangnya dengan memberi sesajen bagi mahluk halus sebagai penjaga wilayah hutan dan air yang ada di sepanjang desa kalahien.

memberi sesajen bagi roh halus
Selain itu, desa kalahien juga memiliki benda-benda pusaka leluhur dayak bawo yang terdapat didalam rumah adat yang saat ini telah di renovasi menggunakan cor beton. Rumah ini disebut Lewu Pangantuhu. Pusaka yang tertanam dibawah tanah Lewu Pangantuhu berupa Mandau, tombak, perisai dan barang-barang berharga milik Damung Rajun.
Kalahien Village

Itulah sekilas tentang Desa Kalahien yang dapat saya bagikan kepada anda.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ma'anyan

Apa itu Bisi Kurik?

Suku Dayak - Angka dalam bahasa Maanyan