Madara dan Sosial Masyarakatnya

Gambar
Orang kota pasti jarang melihat seperti ini! Madara dalam gambar Di daerah penulis memang masih jauh dari kata "maju pesat" karena memang memiliki ibukota daerah yang stagnan dan berada di tengah-tengah bumi borneo. Tetapi walaupun demikian, daerah yang masih dikelilingi hutan ini menyimpan kehidupan sosial yang membumi. Inilah yang membuat daerah penulis menjadi begitu asri, damai, tentram, jauh dari hiruk pikuk kota yang begitu kompleks masalahnya. Madara, sebuah desa di pedalaman merupakan salah satu dari banyak desa yang ada di Kalimantan Tengah khususnya di Kabupaten Barito Selatan. Daerah ini masih asri dan dikelilingi hutan belantara. 14 km dari Jalan provinsi yang menghubungkan kota Buntok dengan ibukota Provinsi Kalimantan tengah yaitu Palangka Raya, tetapi akses untuk masuk ke daerah ini seiring dengan perkembangan lumayan baik. Mobil roda empat dengan tinggi body dari ban mobil +/- 40cm sudah bisa masuk ke daerah ini. So, apa saja yang menurut penulis pasti jarang ...

Memberi Nama Anak! antara hak dan kewajiban

Setiap anak di bekali dengan pendidikan untuk mengenal hak dan kewajibannya. Salah satu dari kewajiban yang ditanamkan pada seorang anak adalah menghormati orang tuanya. Menghormati orang tua sebagai wujud dari penghormatan kepada orang yang telah melahirkan, mengasuh dan mendidiknya sampai ia memiliki kemampuan untuk menjalani masa kehidupan dengan baik.
Kadang-kadang pula karena penghormatan yang besar kepada orang tua, seorang anak bahkan rela menanggalkan haknya sendiri. Dan ini terjadi pada salah seorang sahabat saya yang benar-benar di didik secara disiplin dalam kewajibannya menghormati orang tuanya.

Sahabat saya yang pada akhir tahun 2010 silam, resmi menikah dengan wanita idamannya, salah seorang wanita dari Suku Batak, beberapa bulan yang lalu atau tepatnya pada akhir tahun 2012 telah di karuniai seorang anak laki-laki.

Ketika beberapa minggu yang telah lewat saya berkunjung kerumahnya yang berada di kota kabupaten, saya bertanya siapa nama anaknya. Hal ini saya maksudkan agar mempermudah saya untuk memanggil nama sahabat saya tersebut bukan lagi nama panggilan pribadinya tetapi nama si anak, karena ini merupakan penghormatan kepada orang yang telah berkeluarga dan sudah memiliki keturunan.

Sahabat saya tersebut kemudian menceritakan kronologis yang menurut saya sungguh tragis namun terkandung makna humoris. Bagaimana tidak, sebelum sang buah hati tersebut lahir, ia dan isterinya sudah merancang nama si anak yang telah diketahui jenis kelaminnya pada saat usia kandungan tujuh bulan tersebut dengan nama lengkap JOAN NAKALELU, dimana JOAN adalah singkatan dari nama sahabat saya dan isterinya (Joni dan Anita) sementara NAKALELU adalah bahasa suku dayak maanyan yang artinya "di sayangi".

Beberapa minggu setelah si anak lahir, orang tua dari kedua pasangan ini (sahabat saya dan isterinya) menerima telepon yang datangnya dari masing-masing orang tua mereka. Tujuan dari orang tua mereka tersebut tidak lain agar anak dari sahabat saya tersebut harus memiliki nama dari marga dan nama yang mengidentitaskan si anak adalah keturunan suku mereka masing-masing. 

Singkat kata, karena teringat dengan begitu besarnya sokongan, didikan dan bantuan dari orang tua mereka, akhirnya sahabat saya dan isterinya menanggalkan haknya untuk memberi nama si anak dengan nama yang singkat sebagaimana mereka inginkan. Dan akhirnya, si anak tersebut mereka beri nama : JOAN NAKALELU JOSAFAT OLOAN SIMORANGKIR. 

Untuk mempermudah si anak jika suatu saat nanti memasuki masa sekolah, sahabat saya mempersingkat nama si anak di akte kelahirannya dengan nama : JOAN NAKALELU J.O.S
Dan karena alasan tersebut pula, akhirnya singkatan tersebut disetujui oleh kedua orang tua mereka masing


Komentar

  1. Hehehe... perkara memberi nama anak memang rada2 ribet ya bung. Biasanya orang tua kedua pihak ikutan menyumbangkan nama... dan namanya sumbangan, apalagi dari ortu masing-masing, rasanya sangat tidak hormat jika ditolak toh? hihi

    Untungnya nama Intan hanya aku sendiri yang memberikannya, disetujui tanpa protes oleh ayahnya, juga ga ikut campur kakek neneknya Intan. Hihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang namanya orang tua juga ada maunya. biasanya sih, untuk cucu pertama, pasti aneh2 tuh namanya! hehehe
      makanya saya juga ketawa dengan penjelasan teman saya tersebut

      Hapus
  2. wah repot juga ya, jadi panjang gitu bro namanya, tp di singkat jadi JOS jadi keren seh, :D

    kira kira ntar anak lo di kasih nama apa neh?
    hehehehe #kepo

    BalasHapus
    Balasan
    1. nunggu ada yang mau jadi ibunya aja dulu wkakakak!

      Hapus
  3. wew, di kalimat pertama ada sedikit typo sob; dibelaki apa di bekali ... ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, padahal gue udah editing tuh. ternyata masih ada yang salah. ane koreksi..ane koreksi!

      Hapus
  4. iia juga sii.. kalau terlalu panjang memang agak sedikit merpotkan.. :) tapi yg jelas jadi banyak pilihan buat yang manggilnya.. :)

    BalasHapus
  5. Memberi nama itu semacam susah kang karena nama akan menggambarkan karakternya kelak :

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Dayak Ma'anyan

Apa itu Bisi Kurik?

Suku Dayak - Angka dalam bahasa Maanyan