Setiap anak di bekali dengan pendidikan untuk mengenal hak dan kewajibannya. Salah satu dari kewajiban yang ditanamkan pada seorang anak adalah menghormati orang tuanya. Menghormati orang tua sebagai wujud dari penghormatan kepada orang yang telah melahirkan, mengasuh dan mendidiknya sampai ia memiliki kemampuan untuk menjalani masa kehidupan dengan baik.
Kadang-kadang pula karena penghormatan yang besar kepada orang tua, seorang anak bahkan rela menanggalkan haknya sendiri. Dan ini terjadi pada salah seorang sahabat saya yang benar-benar di didik secara disiplin dalam kewajibannya menghormati orang tuanya.
Sahabat saya yang pada akhir tahun 2010 silam, resmi menikah dengan wanita idamannya, salah seorang wanita dari Suku Batak, beberapa bulan yang lalu atau tepatnya pada akhir tahun 2012 telah di karuniai seorang anak laki-laki.
Ketika beberapa minggu yang telah lewat saya berkunjung kerumahnya yang berada di kota kabupaten, saya bertanya siapa nama anaknya. Hal ini saya maksudkan agar mempermudah saya untuk memanggil nama sahabat saya tersebut bukan lagi nama panggilan pribadinya tetapi nama si anak, karena ini merupakan penghormatan kepada orang yang telah berkeluarga dan sudah memiliki keturunan.
Sahabat saya tersebut kemudian menceritakan kronologis yang menurut saya sungguh tragis namun terkandung makna humoris. Bagaimana tidak, sebelum sang buah hati tersebut lahir, ia dan isterinya sudah merancang nama si anak yang telah diketahui jenis kelaminnya pada saat usia kandungan tujuh bulan tersebut dengan nama lengkap JOAN NAKALELU, dimana JOAN adalah singkatan dari nama sahabat saya dan isterinya (Joni dan Anita) sementara NAKALELU adalah bahasa suku dayak maanyan yang artinya "di sayangi".
Beberapa minggu setelah si anak lahir, orang tua dari kedua pasangan ini (sahabat saya dan isterinya) menerima telepon yang datangnya dari masing-masing orang tua mereka. Tujuan dari orang tua mereka tersebut tidak lain agar anak dari sahabat saya tersebut harus memiliki nama dari marga dan nama yang mengidentitaskan si anak adalah keturunan suku mereka masing-masing.
Singkat kata, karena teringat dengan begitu besarnya sokongan, didikan dan bantuan dari orang tua mereka, akhirnya sahabat saya dan isterinya menanggalkan haknya untuk memberi nama si anak dengan nama yang singkat sebagaimana mereka inginkan. Dan akhirnya, si anak tersebut mereka beri nama : JOAN NAKALELU JOSAFAT OLOAN SIMORANGKIR.
Untuk mempermudah si anak jika suatu saat nanti memasuki masa sekolah, sahabat saya mempersingkat nama si anak di akte kelahirannya dengan nama : JOAN NAKALELU J.O.S
Dan karena alasan tersebut pula, akhirnya singkatan tersebut disetujui oleh kedua orang tua mereka masing
Dan karena alasan tersebut pula, akhirnya singkatan tersebut disetujui oleh kedua orang tua mereka masing
Hehehe... perkara memberi nama anak memang rada2 ribet ya bung. Biasanya orang tua kedua pihak ikutan menyumbangkan nama... dan namanya sumbangan, apalagi dari ortu masing-masing, rasanya sangat tidak hormat jika ditolak toh? hihi
BalasHapusUntungnya nama Intan hanya aku sendiri yang memberikannya, disetujui tanpa protes oleh ayahnya, juga ga ikut campur kakek neneknya Intan. Hihi...
yang namanya orang tua juga ada maunya. biasanya sih, untuk cucu pertama, pasti aneh2 tuh namanya! hehehe
Hapusmakanya saya juga ketawa dengan penjelasan teman saya tersebut
wah repot juga ya, jadi panjang gitu bro namanya, tp di singkat jadi JOS jadi keren seh, :D
BalasHapuskira kira ntar anak lo di kasih nama apa neh?
hehehehe #kepo
nunggu ada yang mau jadi ibunya aja dulu wkakakak!
Hapuswew, di kalimat pertama ada sedikit typo sob; dibelaki apa di bekali ... ?
BalasHapuswah, padahal gue udah editing tuh. ternyata masih ada yang salah. ane koreksi..ane koreksi!
Hapusiia juga sii.. kalau terlalu panjang memang agak sedikit merpotkan.. :) tapi yg jelas jadi banyak pilihan buat yang manggilnya.. :)
BalasHapusMemberi nama itu semacam susah kang karena nama akan menggambarkan karakternya kelak :
BalasHapusPosting Komentar