Menginspirasi Budaya Lewat Catatan

Budaya merupakan warisan tradisi dari awal generasi ke generasi selanjutnya dalam suatu kelompok masyarakat. Tradisi inilah yang menciptakan ciri khas masing-masing kelompok masyarakat di suatu wilayah. Namun, saat ini Indonesia mulai membuka keterisolasian baik antara daerah satu dengan daerah lainnya, kelompok-kelompok masyarakat kini mulai mengenal hal-hal baru di luar tradisi dalam kelompoknya. Bahkan ketika dengan mudahnya masyarakat menyaksikan perubahan di belahan dunia lain, praktis hal tersebut menjadi magnet yang memiliki daya tarik baru dalam mengubah pola tradisi yang telah ada turun temurun dalam kelompoknya. Terbukanya keran keterisolasian telah membuat bagian dari kelompok masyarakat di sadari atau tanpa di sadari telah menciptakan pandangan baru dalam kelompok masyarakat kita. Pandangan baru ini justru menjadi jurang pemisah yang jauh dari sebuah tradisi atau warisan budaya nenek moyang yang berlaku di kelompok-kelompok masyarakat. Tradisi leluhur pun praktis mulai terkikis, tersapu oleh badai yang sekarang ini sering disebutkan banyak kalangan sebagai  trend mode.


Kini, tradisi kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat lainnya telah saling berbaur, sehingga sangat sulit untuk di bedakan. Ciri khas masing-masing masyarakat yang awalnya memiliki keragaman budaya, mulai melebur dan menciptakan model baru yang jauh dari khasanah budaya yang seharusnya menjadi kekayaan masing-masing kelompok masyarakat. Kini semuanya mulai terlihat pudar di telan perubahan zaman. Tak seorangpun yang dapat di salahkan, karena begitulah hakekat zaman.
Kini, yang dapat di lakukan hanyalah membangun sebuah inspirasi penyeimbang agar pesona budaya yang di miliki tidak punah dari zaman ke zaman.

Kutus, santai di sela-sela pagelaran tarian adak dayak
Kutus, demikian kami memanggil nama beliau sehari-harinya. Seorang warga pribumi dari desa Mabuan, salah satu desa yang terletak di pesisir timur sungai Barito, Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Beliau merupakan salah seorang yang telah sukses dalam membangun inspirasi penyeimbang guna menjaga kelestarian budaya suku yang ada di daerahnya.

Berbekal pengetahuan dari para pendahulunya, ia memulai membangun kembali peradaban budaya tarian suku dayak yang mulai di tinggalkan atau bahkan tidak diketahui oleh masyarakat masa kini. Berawal seperti seorang penyanyi kampung, beliau hadir di berbagai daerah hanya untuk memperkenalkan tarian, musik bahkan ragam budaya bahasa dari suku dayak. Kegigihan beliau telah mengantarkannya sukses membangun sebuah sanggar tari yang di kenal dengan sebutan sanggar tari "Ranu Mareh". Ranu Mareh dalam bahasa suku dayak maanyan khususnya memiliki arti Air Yang Mengalir.

Ikut serta dalam Karnaval Budaya di Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah

Pagelaran seni tari suku dayak dalam ritual acara pernikahan
Sanggar tari yang beliau bangun kini justru menjadi magnet tersendiri bagi banyak kalangan untuk ikut membangun khasanah budaya suku dayak. Karena dari sana, bukan hanya pelestarian budaya yang secara continue mengalir ke generasi penerusnya, melainkan income yang justru mampu meningkatkan ekonomi kehidupan beliau.
Kini, Melalui beliau budaya tarian suku dayak tak hanya di kenal di pelosok tanah air,  tetapi bahkan justru sampai ke mancanegara.

Beliau saat ini telah mengajarkan berbagai macam tarian leluhur nenek moyang suku dayak untuk ratusan pelajar mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi di daerahnya. Misi beliau hanya satu yaitu menjaga dan mewartakan budaya tarian, musik, lagu dan bahasa warisan leluhur agar tidak hilang di derasnya arus perkembangan zaman.

Bagi penulis, mengenal beliau juga telah melahirkan sebuah inspirasi untuk ikut serta berpartisipasi dalam membangun tradisi budaya suku dayak. Melalui lembar blog ini, penulis mencatat beragam catatan budaya suku dayak ber-label-kan Topik Budaya. Ada banyak informasi budaya yang penulis bagikan dengan satu tujuan yaitu turut serta membangun pelestarian budaya melalui sebuah catatan. Dengan hadirnya catatan demi catatan ini, penulis mengharapkan banyak orang ikut ter-inspirasi, menjadikan budaya nenek moyangnya sebagai harta yang tak ternilai harganya.



Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama