Madara dan Sosial Masyarakatnya

Orang kota pasti jarang melihat seperti ini! Madara dalam gambar Di daerah penulis memang masih jauh dari kata "maju pesat" karena memang memiliki ibukota daerah yang stagnan dan berada di tengah-tengah bumi borneo. Tetapi walaupun demikian, daerah yang masih dikelilingi hutan ini menyimpan kehidupan sosial yang membumi. Inilah yang membuat daerah penulis menjadi begitu asri, damai, tentram, jauh dari hiruk pikuk kota yang begitu kompleks masalahnya. Madara, sebuah desa di pedalaman merupakan salah satu dari banyak desa yang ada di Kalimantan Tengah khususnya di Kabupaten Barito Selatan. Daerah ini masih asri dan dikelilingi hutan belantara. 14 km dari Jalan provinsi yang menghubungkan kota Buntok dengan ibukota Provinsi Kalimantan tengah yaitu Palangka Raya, tetapi akses untuk masuk ke daerah ini seiring dengan perkembangan lumayan baik. Mobil roda empat dengan tinggi body dari ban mobil +/- 40cm sudah bisa masuk ke daerah ini. So, apa saja yang menurut penulis pasti jarang ...
hidup aadalh perputaran, menunggu giliran... sama seperti roda.
BalasHapusasal rodanya jangan menginjak tahi, itu nanti hidup kita bisa bau.. haha.
hidup seumpama perjalanan. ada tempat yang dituju, perlu bekal untuk selama perjalanan.
HapusSetuju ^^
BalasHapusMendaki Gunung .....
Aku juga gak setuju dengan anggapan bahwa hidup itu seperi roda...
Kenapa?? Karena anggapanku kalau hidup itu seperti roda, kita gak perlu usaha dong untuk melaluinya, kan seperti roda!! sisa tunggu kapan waktu diatas, kapan waktu dibawah....
hemmm... itu menurutku yah ^^
ane suka kata-kata loe sob hhe
BalasHapushidup bagaikan roda , itu pepatah lama tapi masih berlaku yea sob
BalasHapusBener juga ya ... pemikiran ya cerdas!
BalasHapusTergantung perumpamaannya sob, kalo diumpamakan bola memang kadang ditas, kadang dibawah. Kalo diumpamakan gunung ya kadang terjal, kadang jatuh kadang juga saat bertemu jurang harus jalan memutar untuk sampai kepuncaknya. Kalo diumpamakan laut ya kadang kita bisa berlayar, bisa menyelam dan bisa juga tenggelam hehehe...
BalasHapuskalo menurut gua ini nih .....
BalasHapussetuju ...loe tau aja nih kesukaan gw, hihihihi, jadi kapan kita naek gunung bareng ???
BalasHapusselamat sore :D
Mendaki gunung? Gak setuju ah! Bhahaha, emangnya org mendaki gak mikir turun, ya? Gue pikir hidup tuh kayak turun gunung. Inget lo gk bakal ampe puncak kalo elo gak mendaki. Kalo turun gunung, elo bisa menggelindingkan diri elo, turun pelan2, santai atau jatuh gak enak. Kayak hidup yg bakalan ttp berjalan, walopun elo diem, gak ngapa2in.
BalasHapusBuat batu dan kerikil tajamnya, gue idem!
Menurutku, itu adalah dua perumpamaan yang berbeda sob...
BalasHapusBagaikan gunung itu adalah perjalanannya...
Bagaikan roda itu adalah kesempatannya...
Kadang kesempatan datang kepada kita untuk menjadi "sesuatu", itu yang dinamakan momentum. Ketika momentum pas, apa yang dilontarkan akan melejit sangat cepat. Misalnya adalah ketika pas lulus kuliah, eh ditawarin kerja atau pas punya ide bisnis, eh ada yang mau jadi investor. Itu momentumnya pas banget. :) Dengan memanfaatan momentum itu kita bisa "skip" beberapa "pos" dalam perjalanan kehidupan kita dan lebih cepat mencapai puncak. :)
Itu pandanganku sob...
Good choos deh gan :))
BalasHapusdeuuuhhh, yg punya kesamaan sebagai 'makhluk' gunung...kalau mendaki dan turun biar bisa mendaki lagi...
BalasHapusHidup sudah ada garinya sahabat, hanya saja kita tidak tahu garis itu bengkok atau lurus.Tinggal menjalaninya dan semangat dalam menempuh perjalanan kehidupan ini
BalasHapuswaah, setuju dengan pendapat sobat. hidup memang seperti mendaki gunung. maaf sob baru bisa kunjung
BalasHapusFor All Comment :
BalasHapusTHANK BANGET UNTUK SEMUA YANG SUDAH BERBAGI PENDAPAT TENTANG SEBUAH PERJALANAN HIDUP MENURUT SISI PANDANGNYA MASING-MASING. APAPUN HASILNYA HIDUP ADALAH ANUGERAH YANG PATUT DISYUKURI TERLEPAS DARI SUSAH SENANGNYA KETIKA SAAT KITA MENJALANINYA.
Hidup bagai mendaki gunung..., kalo ga nyampe puncak..., ya nasib la... he he
BalasHapus