Cerita Kelam Seorang Sahabat

Image from : Suara Merdeka
Satu Maret dua ribu dua belas, tanggal dan bulan ini mengingatkanku pada sebuah cerita kelam dua belas tahun yang lalu dimana seorang sahabatku sedang melakukan tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL) di sebuah desa. Teman akrab ku ini tidak dapat menyelesaikan kegiatan PKL-nya karena di usir oleh aparat pemerintah desa dan warga masyarakat desa tersebut. Kejadian ini sebenarnya di picu oleh satu masalah simple tentang kosakata.
Hampir saja kejadian itu merenggut nyawa sahabatku... sungguh, hari ini tepat Satu Maret Dua Ribu Dua Belas, menuliskan cerita ini kembali hampir membuat mataku berlinang air mata. Saat ini andaikan sahabatku itu tidak pindah ke kota lain, aku pasti akan menjenguknya!.
Sahabat...oh sahabat karib-ku, maafkan aku menuliskan cerita ini kedalam blog pribadi ku ini. Tak ada maksudku untuk membuat hatimu bersedih kembali.

Sobat-sobat blogger, Inilah cerita kelam sahabatku pada tahun 2000 yang lalu.
Pagi hari tanggal 28 Pebruari 2000, Ia berangkat ketempat tujuan praktek kerja lapangan (PKL) sebagaimana yang ditentukan. Perjalanan ke tujuan memakan waktu 12 jam. Pada malam harinya ia tiba di desa tempat tujuan. Disana ia pun disambut ramah oleh kepala desa. Rasa penat didalam angkot, mengantarkannya tertidur pulas malam itu.
Pada tanggal 1 Maret 2000, Ia pun berangkat menuju Balai Desa untuk bertatap muka dengan aparat pemerintah desa dan warga masyarakat di desa itu. Pada pukul 08.00 WIT pagi, ia tiba di Balai Desa. Di Balai Desa, Ia disambut ramah oleh kepala desa dan beberapa warganya yang berkesempatan hadir. Namun karena pertemuan dilaksanakan pada pagi hari, warga desa yang datang kebanyakan para wanita atau ibu-ibu, sementara para pria pergi berladang. Acara ramah tamah pun di mulai. Kepala Desa berdiri dan memperkenalkan Ia kepada warga desa. Satu jam berlalu, tibalah saat untuk memberikan kesempatan kepada warga desa untuk bertanya. Kemudian berdirilah salah seorang ibu dan bertanya " Untuk memperoleh data-data dan informasi yang diperlukan, bagaimana cara saudara melakukan pendekatan terhadap masyarakat di desa kami ini ? ".. demikian pertanyaan itu ditujukan kepadanya.
Kemudian Ia pun menjawab "Saudara-saudari, saya tidak pernah memandang usia dalam melakukan pendekatan. Apakah orang tersebut tua atau muda, semuanya saya Gauli". demikian jawaban singkat temanku tersebut.
Setelah mendengar jawaban tersebut, tiba-tiba warga desa yang hadir yang terdiri dari para wanita itu pun mendadak cepat-cepat pergi dari Balai desa tersebut dan memanggil para kaum laki-laki untuk segera mengusir sahabatku itu. ya,... ketakutan warga desa itu hanya karena kata "Gauli" yang mereka terjemahkan berbeda dengan maksud dari sahabatku itu.

Itulah cerita kelam seorang sahabat sejati yang akhirnya batal menyelesaikan tugas PKL-nya di desa tersebut.

4 Komentar

  1. wah, gawat banget ya sob, memang keunikan bahasa bangsa kita yg mejemuk terkadang berbeda arti ya, ini pelajaran buat saya sob, thaks :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. beragam suku,budaya, adat istiadat kita emang luar biasa! di daerah q aza udah ada puluhan bahasa/adat istiadat/suku yg berbeda..hehe...

      Hapus

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama